Sabtu, 18 Januari 2014

MINIMNYA PENGETAHUAN DAN SOSIALISASI TERHADAP MASYARAKAT TENTANG PERBANKAN SYARIAH



1.      Pendahuluan
1.1  Latar Belakang
            Perkembangan perbankan syariah di Indonesia tidak terlepas dari system perbankan di Indonesia secara umum. Sistem perbankan syariah sebagaimana diatur dalam Undang-undang No. 10 tahun 1998, disebutkan bahwa Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Selain itu peran bank syariah dalam memacu pertumbuhan perekonomian daerah semakin strategis walaupun disadari bahwa pemahaman dan sosialisasi terhadap masyarakat tentang produk dan system perbankan syariah di Indonesia masih sangat terbatas. Tidak bisa dipungkiri baik secara teori maupun praktek operasionalnya Bank Syariah sangat berbeda dengan bank konvensional. Namun bagi masyarakat yang awam mereka berpandangan bahwa bank syariah sama dengan bank konvensional.
Hal ini terjadi karena kurangnya sosialisasi mengenai perbankan syariah dilingkungan masyarakat Indonesia. Dimana Notabene masyarakat tersebut mayoritas masyarakat muslim, namun ternyata belum benar-benar paham tentang perbankan syariah. Serta banyak sekali istilah-istlah yang tidak familiar ditelinga umat islam sendiri. Keadaan ini sangat disayangkan, karena sebenarnya bank syariah memiliki keunggulan yang lebih dibanding bank konvensional.
Keunggulan yang dimiliki oleh bank syariah dibandingkan dengan bank konvensional diantaranya sebagai berikut, adanya kesamaan ikatan emosional yang kuat antara pemegang saham, pengelola bank dan nasabahnya, diterapkannya sistem bagi hasil sebagai pengganti bunga akan menimbulkan akibat-akibat yang positif, didalam Bank Syariah pun tersedia fasilitas kredit kebaikan yang diberikan secara cuma-cuma dan banyak lagi keistimewaan yang lainnya.
Data membuktikan bahwa market share perbankan syariah saat ini masih sekitar 1,7 persen dari total asset perbankan secara nasional. Angka ini menunjukkan kecilnya kontribusi perbankan syariah terhadap perekonomian Indonesia. Hal tersebut menjelaskan pula bahwa sosialisasi perbankan syariah masih sangat kurang. Masyarakat luas masih banyak yang belum mengerti system, konsep, filosofi, produk dan keuntungan dari bank syariah

1.2  Rumusan Masalah
            Berdasarkan latar belakang tersebut, permasalahan yang akan dibahas adalah sebagai berikut :
1.      Apakah masyarakat mengetahui tentang perbankan syariah?
2.      Apakah masyarakat sudah mendapatkan sosialisasi tentang perbankan syariah?

1.3  Tujuan Penelitian
           Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini antara lain :
1.      Untuk mengetahui pemahaman dan pengetahuan masyarakat tentang perbankan syariah.
2.      Untuk mengetahui sudah adakah sosialisasi yang cukup tentang perbankan syariah terhadap masyarakat.

1.4  Manfaat Penelitian
      Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian mengenai minimnya pengetahuan dan sosialisasi terhadap masyarat tentang perbankan syariah antara lain :
1.      Bagi penulis, dengan melakukan penelitian ini penulis memperoleh pengalaman dan ilmu pengetahuan mengenai perbankan syariah
2.      Bagi Bank Syariah, dapat dijadikan sebagai catatan untuk meningkatkan pengetahuan dan sosialisasi terhadap masyarakat tentang perbankan syariah.

1.5  Metodologi Penelitian
      Dalam penulisan ini penulis menggunakan metode penelitian sebagai berikut :
1.      Jenis Data
Dalam penelitian ini, jenis data yang digunakan adalah data kualitatif  maupun kuantitatif.
2.      Sumber Data
Sumber data yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.

2.      Landasan Teori
2.1 Pengertian Bank Syariah
            Bank Islam atau selanjutnya disebut dengan Bank Syariah, adalah bank yang beroperasi dengan tidak mengandalkan pada bunga. Bank syariah  juga dapat diartikan sebagai lembaga keuangan atau perbankan yang operasional dan produknya dikembangkan berlandaskan Al-Qur’an dan Hadits Nabi SAW.

2.2 Prinsip Dasar Perbankan Syariah
        Batasan-batasan bank syariah yang harus menjalankan  kegiatannya berdasar pada syariat Islam,menyebabkan bank syariah harus menerapkan prinsip-prinsip yang sejalan dan tidak bertentangan dengan syariat Islam. Adapun prinsip-prinsip bank syariah adalah sebagai berikut : 1) Prinsip Titipan atau Simpanan (Al-Wadiah)
Al-Wadiah dapat diartikan sebagai titipan murni dari satu pihak ke pihak lain, baik individu maupun badan hukum,yang harus dijaga dan dikembalikan kapan saja si penitipmenghendaki (Syafi’I Antonio, 2001).
Secara umum terdapat dua jenis al-wadiah, yaitu:
a. Wadiah Yad Al-Amanah (Trustee Depository)
b. Wadiah Yad adh-Dhamanah (Guarantee Depository)
2) Prinsip Bagi Hasil (Profit Sharing)
Sistem ini adalah suatu sistemyang meliputi tatacara pembagian hasil  usaha antara penyedia dana dengan pengelola dana. Bentuk produk yang berdasarkan prinsip ini adalah:
a.  Al-Mudharabah
b. Al-Musyarakah
3) Prinsip Jual Beli (Al-Tijarah)
Prinsip ini merupakan suatu sistemyang menerapkan tata cara jual beli, dimana bank akan membeli terlebihdahulu barang yang dibutuhkan atau  mengangkat nasabah sebagai agen bank melakukan pembelian barang atas  nama bank, kemudian bank menjual barang tersebut kepada nasabah  dengan harga sejumlah harga beli ditambah keuntungan (margin). 
4) Prinsip Sewa (Al-Ijarah)
Al-ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa, melalui  pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan hak  kepemilikan atas barang itu sendiri. Al-ijarah terbagi kepada dua jenis: (1)  Ijarah, sewamurni. (2)  ijarah al muntahiya bit tamlik  merupakan  penggabungan sewa dan beli, dimana si penyewa mempunyai hak untuk  memiliki barang pada akhir masa sewa.
5) Prinsip Jasa (Fee-Based Service)
Prinsip ini meliputi seluruh layanan non-pembiayaan yang diberikan bank.

2.3 Sistem Operasional Bank Syariah
            Pada system operasi bank syariah, pemilik dana menanamkan uangnya di bank tidak dengan motif mendapatkan bunga, tapi dalam rangka mendapatkan keuntungan bagi hasil. Dana nasabah tersebut kemudian  disalurkan kepada mereka yang membutuhkan (misalnya modal usaha),  dengan  perjanjian pembagian keuntungan sesuai kesepakatan.

3.      Metode Penelitian
3.1  Jenis Data
Penelitian ini menggunakan data kualitatif maupun kuantitatif. Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka atau data kualitatif yang diangkakan/scoring (Sugiyono, 2005 : 14&15). Data kualitatif adalah data berbentuk kata, kalimat, skema dan gambar (Sugiyono, 2005:14).
Penulis melakukan serangkaian observasi terhadap masyarakat dengan wawancara dan kuisioner.
3.2  Sumber Data
      Sumber data yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden berupa jawaban terhadap pertanyaan dalam kuesioner. Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh melalui data yang diteliti dan dikumpulkan oleh pihak lain yang berkaitan dengan masalah penelitian.




Kamis, 02 Januari 2014

Cerpen



Di Bawah Serpihan Hujan

Untuk setiap tetes air yang mendenting kaca jendela…
Ada ucapan rindu.
Salam teruntuk rindu nan mendalam yang meluruh bersama duka
Menyamar nestapa di balik sendu.

Lagi-lagi hujan.
Pria bertubuh tinggi langsing itu meraih payungnya yang berwarna keperakan. Sudah satu minggu berturut-turut hujan turun, berebutan mencumbu bumi Jerman. Bukan hal yang buruk, mengingat betapa panasnya musim panas yang lalu. Sudah masuk musim gugur, angin September yang dingin mulai berhembus. Dedaunan mulai berguguran, seolah bersuka cita akan datangnya musim gugur.
Pria itu tidak pernah membenci hujan, hanya saja, siapapun akan membenci hujan apabila harus ke suatu tempat dalam keadaan mobil pribadinya masih berada di bengkel untuk perbaikan.
Terpaksa mengambil kendaraan umum, Hari berjalan cepat keluar dari apartemennya. Ia sengaja mengenakan hoodie warna putih yang tidak mencolok, celana jins butut dan sneakers putih yang sama bututnya. Sekaligus menyandang ransel warna biru, berisi pakaiannya yang lebih pantas untuk dikenakan. Mana mungkin dia menemui atasannya di Gucci dengan pakaian seperti itu.

Buat setiap kilas yang membayang selaik hantu
Samar, namun jelas
‘Kan menjelang haturan selama tinggal padamu
Senaas petang nan kelabu yang melukis mega.

Bagi sebagian orang, dongeng hanyalah isapan jempol belaka, yang mudah terlupa, papa diseka waktu.
Bagi Hari, putri hujan dan ksatrianya bukan sekedar dongeng.
Tersebutlah Fathya, putrinya yang mencinta akan hujan. Duduk di tepian jendela setiap kali hujan datang menyapa, seolah melepas rindu akan serbuan butir-butir air yang tak kalah merindu akan bumi pertiwi.

Tidakah kau menghirupnya, ujar perempuan itu, tidakah kau merasaakannya?
Harum hujan merasuk sukmaku.

Berbagai majas, gaya bahasa dan setiap tutur perempuan itu berbobot, seakan tiada kata yang lahir dari lisannya yang sempurna terucap percuma, Semua sarat akan makna.
Sebagai ksatria yang telah bersumpah untuk menjaga putri itu, bagaimanapun caranya, tentu ia hanya mampu mengulas senyum. Berusaha memahami hati putrinya yang terlampau cantik untuk ia pahami. Nampak indah dari parasnya, santun lisannya, kerlip di kedua bola matanya yang sewarna obsidian.
Adalah tugas seorang ksatria untuk menjaga putrinya. .
Buat getir yang terdera perih
Kan abai diriku,
Bahkan bila mampu hujan meluruh pedih
Biar waktu saja yang hapus liku luka batin, semu.

Hujan semakin deras. Hari membuka payungnya yang berwarna keperakan. Segera sosoknya menyelip, timbul-tenggelam di antara lautan manusia Jerman yang menyebrang jalan untuk sampai di halte bus.
Separuh berlari, kakinya menjejak bumi tegas, Sepatunya kini sudah kuyup terbasuh air hujan, Tapi peduli apa ? Ia ingin berlari, terus berlari. Berlari dari luka yang mendadak muncul dihatinya.

luruh hujan yang menderas bumi,
Yang hanyutkan bermacam labirin luka
Bisakah kau pinta waktu demi hapuskan luka ini?
Biar hati menetap untuk menatap, tegar di balik sandiwara.
Aku pergi, ujar putri itu. Kau bisa menjagaku hingga aku kembali?

Bayangkan betapa sakit hati ksatria itu, ketika sang putri hanya diam tanpa kata. Ketika Hari bertanya perihal alasan dirinya pergi, semua dijawab Fathya dengan bisu.
Emosi mendera. Seluruh sel tubuh Hari menjeritkan penyesalan akan ledakan emosi yang melandanya. Sebuah bentakan yang tak terkendali melayang darinya.
MENGAPA? KAU MEMBENCIKUKAH? SEPERLU ITUKAH KAU PERGI?
Kau tidak mau menantiku? Justru pertanyaan polos itu balasan atasnya. Ksatria itu memutuskan untuk diam, pergi meninggalkan Fathya yang tergugu dalam sunyi. Sedih.
Aku jatuh cinta kepadamu, Hari menjerit dalam hati. Namun lisannya terkunci. Aku jatuh cinta kepadamu, hingga terasa sakit hanya dengan melihat keberadaanmu.
Aku jatuh cinta kepadamu.
Sebuah pengakuan melayang dari bibir Hari, dibalas bisu seribu kalam oleh Fathya. Pengakuan tanpa balas. Hari sakit hati. Seolah gadis itu tidak menjawab, entah tersanjung, Atau tersinggung. Berbagai pikiran dan sugesti akan probabilitas tanggapan Fathya akan pengakuannya berkecamuk, membuatnya nyaris berteriak. Gila.
Fathya hanya tersenyum, kecil tanpa makna. Langkahnya kecil, perlahan menjauh, Seolah tidak rela meninggalkan sesuatu yang berharga. Tatapan matanya sendu, tak lagi nampak binarnya. Binar yang biasa hadir di balik sepasang mata kumbang itu ketika menatapi hujan, Binar yang biasa menghuni kedua bola matanya ketika mereka duduk berdua, takzim menyaksikan panorama senja yang menorehkan lini jingga di horizon barat. Seolah Hari telah merenggut binar itu dan mematikannya. Sehingga hanya senyum itu yang menghiasi paras ayunya.
Fathya Zaela, kau cantik sekali dengan senyummu yang sedih…
Buat hujanku, yang mewarna senja
Merona layu, bagai sedih nian
Bila temu sua selanjutnya akan lama membilang masa
Kenankan aku menunggu hingga jadi waktu dibangun.

Halte bus itu penuh sesak akan orang-orang yang hendak naik bus. Semua orang berdesak-desakan, hingga tak ayal Hari pun turut terdesak. Berdecak kesal, pria itu mengatupkan kembali payung keperakannya. Sudah basah kuyup, tubuhnya terdesak-desak kerumunan calon penumpang, mobilnya masih di bengkel, ia nyaris terlambat, belum lagi sepatunya basah. Jelas hari sialnya.
Sebuah bus berlalu begitu saja, mengangkut sebagian besar dari calon penumpang yang berdesakan di halte tersebut. Kini hanya tinggal beberapa orang saja, setia menunggu bus yang akan ditumpangi. Hari masih asyik dengan lamunannya sendiri ketika sehelai kertas mampir ke wajahnya, tertiup angin dingin.
“Ah, maaf, itu kertasku.”
Suara feminin itu membuat Hari segera menoleh. Tak salah lagi, sosok semampai yang kini sedang menatapinya itu. Dia. Tangan perempuan itu, yang semula hendak mengambil kertas yang mampir ke wajah Hari, terhenti di udara. Nampak parasnya yang ayu juga tak kalah terkejutnya dengan Hari.
Di bawah melodi rinai hujan, putri dan ksatrianya dipertemukan kembali.

Demikian, hingga telah tuntas masa membilang dirinya,
Dua anak manusia menemukan sepotong jiwanya dalam satu sama lain
Di belantara deru angin yang mereguk rindu keduanya,
Bahkan anak-anak hujan turut bersuka cita atasnya.

Arti dan ciri-ciri paragraf




Narasi adalah karangan atau cerita yang menyajikan rangkaian peristiwa secara berurutan. Peristiwa boleh benar-benar terjadi, tetapi boleh juga hanya imajinasi / fiksi. Narasi menceritakan suatu peristiwa atau kejadian sedemikian rupa sehingga pembaca seolah-olah mengalami sendiri kejadian yang di ceritakan itu.
Ciri-ciri :
a.       Berupa cerita tentang peristiwa atau pengaalaman penulis.
b.      Kejadian atau peristiwa yang disampaikan berupa peristiwa yang benar-benar terjadi, dapat berupa semata-mata imajinasi atau gabungan keduanya.
c.       Berdasarkan konfiks, karena tanpa konfiks biasanya narasi tidak menarik.
d.      Memiliki nilai estetika.
e.       Menekankan susunan secara kronologis.

Deskripsi adalah karangan yang melukiskan suatu tempat, situasi, orang, atau barang / benda sehingga pembaca dapat merasakan arti atau maksud dari karangan atau tulisan tersebut.
Ciri-ciri :
a.       Menggambarkan atau melukiskan sesuatu.
b.      Penggambaran tersebut dilakukan sejelas-jelasnya dengan melibatkan kesan indera.
c.       Membuat pembaca atau pendengar merasakan sendiri atau mengalami sendiri.

Eksposisi adalah memaparkan sejumlah pengetahuan atau informasi dengan tujuan agar pembaca mendapatkan informasi dan pengetahuan sejelas-jelasnya dengan di kemukakan data-data, fakta untuk memperjelas pemaparannya.
Ciri-ciri :
a.       Memaparkan definisi (pengertian)
b.      Memaparkan langkah-langkah, metode, atau cara melaksanakan suatu kegiatan.

Argumentasi adalah karangan yang berusaha memberikan alasan dengan bukti yang kuat dengan disertai data. Argumentasi ada yang panjang, yang pendek, bahkan dapat terdiri atas beberapa kalimat atau hanya satu kalimat saja
Ciri-ciri :
a.       Menjelaskan pendapat agar pembaca yakin.
b.      Memerlukan fakta untuk pembuktian berupa gambar/grafik, dan lain-lain.
c.       Menggali sumber ide dari pengamatan, pengalaman, dan penelitian.
d.      Penutup berisi kesimpulan.

Persuasi adalah karangan yang berisi ajakan kepada pembaca dengan menyampaikan alasan, contoh, dan bukti meyakinkan sehingga pembaca membenarkan dan bersedia melaksanakan ajakan tersebut.
Ciri-ciri :
a.       Persuasi berasal dari pendirian bahwa pikiran manusia dapat diubah.
b.      Harus menimbulkan kepercayaan para pembacanya.
c.        Persuasi harus dapat menciptakan kesepakatan atau penyesuaian melalui kepercayaan antara penulis dengan pembaca.
d.      Persuasi sedapat mungkin menghindari konflik agar kepercayaan tidak hilang dan supaya kesepakatan pendapatnya tercapai.
e.       Persuasi memerlukan fakta dan data.