Sabtu, 26 November 2011

Tulisan bebas bidang ekonomi - Pengantar Bisnis


Niken Kurniawati - 1EB20 - 28211356


"Bank Dunia: Pasar Global Masuki Zona Bahaya"
Banyak pelaku pasar kehilangan kepercayaan atas kepemimpinan ekonomi sejumlah negara utama
Senin, 15 Agustus 2011, 08:05 WIB
Renne R.A Kawilarang

VIVAnews - Presiden Bank Dunia, Robert Zoellick, memperingatkan bahwa pasar dan ekonomi global kini memasuki "zona berbahaya baru." Kepercayaan para investor atas sejumlah aktor utama ekonomi dunia, seperti AS dan Eropa, tengah menurun sehingga butuh upaya keras untuk mengembalikan kepercayaan mereka.

Menurut stasiun berita BBC, peringatan itu disampaikan Zoellick saat berpidato di Sydney pada Minggu malam waktu setempat. "Apa yang terjadi dalam dua pekan terakhir adalah konvergensi sejumlah peristiwa di Eropa dan AS, yang menyebabkan banyak pelaku pasar kehilangan kepercayaan atas kepemimpinan ekonomi sejumlah negara utama," kata Zoellick.

Dia merujuk kepada sejumlah peristiwa yang mengguncang bursa-bursa ekonomi dunia, seperti turunnya peringkat obligasi AS berdasarkan survei dari Standard & Poor's setelah Washington susah-payah menyepakati batas maksimum utang baru dan defisit anggaran. Di Eropa, sejumlah negara utama seperti Prancis dan Italia mulai diguncang krisis utang.
Masalah-masalah itulah yang menimbulkan kekhawatiran di kalangan pelaku pasar saham bahwa dunia bisa terjerumus ke resesi baru. Mereka melihat para pengambil kebijakan di negara-negara maju itu kesulitan menghadapi gejolak-gejolak baru. 
"Menurut saya peristiwa-peristiwa itu, bersama dengan sejumlah hal rentan lain pada pemulihan ekonomi, telah membawa kita kepada zona bahaya yang baru," kata Zoellick, seperti yang dikutip BBC.
Peran AS
Menurut Zoellick, para pelaku pasar rata-rata masih yakin bahwa AS akan terhindar dari masalah yang lebih buruk. Namun, keyakinan mereka bahwa AS masih mengemban peran kunci bagi sistem dan kepemimpinan ekonomi global tidak lagi sekuat dulu.    

Dolar AS, menurut Zoellick, tetap menjadi mata uang jangkar bagi perdagangan dan keuangan global. Namun, dia menyerukan upaya multilateral untuk mengantisipasi bertambahnya pengaruh mata uang lain, seperti yuan China.

Negara-negara zona euro (Eropa), menurut Zoellick, juga menghadapi masalah serius. Banyak negara Eropa itu "berpindah dari drama ke trauma," kata Zoellick.

Mantan Wakil Menteri Luar Negeri AS itu juga mewanti-wanti negara-negara berkembang, karena mereka juga menghadapi tantangan, walau ekonominya relatif stabil. China, misalnya, tetap berisiko mengalami overheating (pertumbuhan ekonomi yang terlalu pesat) karena bisa bermasalah dengan tingginya inflasi, apalagi bila mata uang yuan tidak segera dikondisikan.
Sumber : VIVAnews

Tidak ada komentar:

Posting Komentar